Bapak Ilham A. Habibie on Time & Legacy: Three Watches, One Enduring Story
Ditulis oleh FN | 13 Juni 2025
Jam tangan bukan hanya sekedar penunjuk waktu. Dalam banyak kasus, ia menyimpan kebiasaan, nilai, bahkan warisan yang tidak terlihat. Bagi sebagian orang, jam tangan bisa menjadi catatan harian yang tidak pernah ditulis — ia mengikuti ke mana kita pergi, menyaksikan momen-momen penting, dan kadang… berbicara tentang siapa kita, lebih dari yang bisa kita ceritakan sendiri.
Di Time & Legacy, seri terbaru dari Flecto, kami mengeksplorasi sisi personal dari sebuah jam tangan: bukan dari spesifikasinya saja, tapi juga dari cerita yang melekat padanya. Di setiap episode, kami mengundang figur terpilih untuk membagikan jam tangan yang pernah (atau masih) mereka kenakan, serta kisah yang tersembunyi di balik tiap detiknya.
Play Video
Untuk episode perdana ini, kami berkesempatan untuk berbincang dengan Pak Ilham Akbar Habibie. Pak Ilham terkenal sebagai pakar penerbangan, Ketua Dewan Pembina The Habibie Center, dan tentunya putra dari almarhum presiden ke-3 Indonesia, B.J. Habibie. Namun yang tak kalah penting, beliau juga seorang penggemar jam tangan dan kolektor sejati, dikenal dengan kecintaannya yang mendalam terhadap dunia horologi.
Perbincangan ini kemudian menjadi istimewa bukan hanya karena latar belakang Pak Ilham saja, melainkan cara Pak Ilham sendiri melihat waktu sebagai sesuatu yang tidak hanya berjalan… tetapi juga diwariskan.
Courtesy of flecto.id.
“Kita sebagai orang yang besar di Jerman selalu punya hubungan yang sangat erat dengan waktu... Jadi memang dari kecil kita udah diajarin itu, salah satu manifestasinya tentunya jam tangan.” – Ilham Habibie
Sebagai kolektor jam tangan sejati, Pak Ilham memiliki koleksi yang cukup luas. Kami menyoroti tiga jam tangan yang tidak hanya signifikan secara horologis, tetapi juga bermakna secara emosional.
Dari koleksi Pak Ilham, ada dua Rolex Day-Date platinum yang sangat spesial dan langka, keduanya merepresentasikan kelas precious metal tertinggi di Rolex.
Yang pertama adalah Rolex Day-Date Ref. 118336, jam tangan platinum dengan bezel baguette dan dial ice blue yang khas. Ref. 118336 ini tidak hanya disimpan sebagai bagian dari koleksi Pak Ilham, melainkan sebuah true daily companion yang setia menemani rutinitas harian Pak Ilham. Ia mengenakannya di pergelangan tangan kiri, dengan rasa puas yang diam-diam terekam lewat goresan-goresan kecil di permukaannya.
Bekas pakai yang menjadi bukti nyata dari perjalanan panjang—bukan hanya milik Pak Ilham, tetapi juga mendiang ayahnya. Because watches are meant to be worn.
“Yang mekanikal (Rolex Day-Date Ref. 118336) itu merupakan jam tangan yang diberikan oleh Bapak saya (B.J. Habibie) sewaktu Bapak saya meninggal.” – Ilham Habibie.
Menariknya, Pak Ilham juga dikenal karena satu kebiasaannya yang unik: mengenakan dua jam tangan sekaligus. Ref. 118336 ini ia kenakan berdampingan dengan Apple Watch, satu di tiap pergelangan tangan, sebagai simbol keseimbangan antara tradisi dan modernitas dalam hidupnya sehari-hari.
Yang kedua adalah Rolex Day-Date Ref. 18206, platinum dengan smooth bezel—sebuah detail halus yang jadi penanda materialnya. Fun fact: Rolex hanya menggunakan fluted bezel untuk emas, termasuk white gold. Jadi ketika kamu melihat Day-Date dengan smooth bezel seperti ini, itu pasti adalah platinum murni.
Ditambah lagi, dial diamond-nya masih orisinal dan belum pernah dipoles, menambah nilai keaslian dan karakter jam ini.
“Itu saya diberikan oleh Bapak saya sebagai kado, saya kira waktu saya dapet PhD saya, jadi lebih dari 30 tahun yang lalu. Udah lama banget.” – Ilham Habibie.
Rolex Day-Date Ref. 18206.
Lalu ada Apple Watch — jam tangan digital modern yang lebih memiliki nilai fungsional daripada emosional, tapi tetap merepresentasikan nilai yang sama: presisi, keteraturan, dan kemampuan beradaptasi. Sesuatu yang juga menjadi prinsip hidup ayahnya, almarhum B.J. Habibie.
Pak Ilham menggunakan jam ini di pergelangan tangan kanannya, berfungsi sebagai penghitung step count, notifikasi, dan jadwal meeting yang tersambung dengan ponselnya.
“Karna saya kan berolahraga cukup rajin tiap hari, jadi sambil ngukur, saya udah berapa (kilo) meter.” – Ilham Habibie.
Jam tangan, sebagaimana yang didemonstrasikan Pak Ilham, membawa makna melebihi alat penunjuk waktu: yakni bagaimana seseorang menjalani hidup berdampingan dengan warisan yang ia bawa.
From left to right: Rolex Day-Date Ref. 18206, Apple Watch, Rolex Day-Date Ref. 118336.
Di luar rekaman, obrolan kami berlanjut ke cerita yang lebih… spontan. Pak Ilham mengenang bagaimana sang ayah, karena kecintaannya pada jam tangan, pernah menjadi pemegang saham sebuah toko jam di kawasan Gajah Mada pada era 1980-an. Sebuah langkah kecil yang mencerminkan rasa ingin tahu dan komitmennya terhadap dunia horologi.
Bahkan, di masa berikutnya, Pak Ilham sempat bertemu langsung dengan Nicolas Hayek, pendiri Swatch Group untuk mendiskusikan potensi membangun industri jam tangan di Indonesia.
Gagasan itu mungkin terdengar utopis hari ini — tapi datang dari seseorang seperti B.J. Habibie, dan warisan nilai yang beliau tinggalkan, rasanya bukan hal yang mustahil.
Courtesy of flecto.id.
Cerita-cerita semacam inilah yang kami angkat di Time & Legacy — bukan soal harga atau kemewahan, tapi tentang hubungan personal antara manusia dengan waktu. Bagaimana jam tangan bisa menjadi saksi, simbol, bahkan warisan yang menyimpan lebih dari sekadar detik.
“I think that legacy should be not only kept for ourselves privately, but we would like to share that legacy with society at large.” – Ilham Habibie
Courtesy of flecto.id.
Inilah bagian pertama dari Time & Legacy, seri baru dari Flecto yang merayakan waktu, memori, dan warisan.